Tentang Saya

Foto saya
Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia

315 TKI Tunggu Hukuman Mati


HIDUP miskin! Motif inilah yang mendorong Sumardi (50) warga Cabawan RT 04/RW 03 Kelurahan Margadana, Tegal, Jateng, nekat bunuh diri bersama istrinya Dairah (43). Sumardi tewas akibat pisau yang ditikamkan ke tubuhnya sendiri, sedangkan istrinya mengalami luka-luka berat, kini menjalani perawatan serius di RSUD Kardinah, Tegal.

Drama rumah tangga Sumardi-Dairah yang mempunyai tujuh anak ini terjadi Minggu (14/6) ketika alam memasuki senja meremang. Saat itu, Sumardi melihat istrinya membakar ikan di dapur. Untuk kesekian kalinya dia mengajak sang istri untuk mengakhiri hidup yang terasa kian berat. Dairah menolak, karena tak mau mengakhiri hidup secara tak wajar. Mendengar jawaban sang istri, Sumardi kalap lalu mendorong istri yang sedang jongkok ke tungku ruang dapur.

Dairah terjengkang dan langsung diinjak-injak tubuhnya oleh suami. Sumardi tiba- tiba meraih pisau dapur untuk menghabisi istrinya, agar bisa mati secara bersama- sama dengannya. Duel sengit pun terjadi pada pasangan suami istri tersebut.
Sementara dua putra korban yang petang itu sedang shalat magrib di dalam kamar tak kuasa melerainya. Sejurus kemudian, Dairah meloloskan diri dari pergumulan dan berlari menuju halaman rumah. Kini kasus ini menjadi urusan polisi.

Bukan hanya Sumardi saja yang akan mati. Kita semua memang sedang dalam posisi menunggu kematian. Waktu dan tempatnya sudah tertulis secara rapi dan pasti dalam catatan yang hanya dimiliki oleh Sang Khalik.

Derita Sumardi, Dairah, dan tujuh anaknya merupakan akibat kondisi kemelaratan.
Hidup miskin tanpa masa depan ini pula yang menyeret sebanyak 315 tenaga kerja Indonesia (TKI) sedang menanti pelaksanaan hukuman mati di beberapa penjara di luar negeri.

Anis Hidayah, dari Migrant Care menegaskan, begitu banyaknya TKI menunggu pelaksanaan hukuman mati ini akibat pemerintah begitu lemah memberikan perlindungan hukum kepada TKI. "Februari lalu, satu kasus lolos dari perhatian pemerintah menimpa TKW kita bernama Yanti Irianti. Dia dihukum pancung di Arab Saudi," ujar Anis saat peluncuran iklan terbaru Kuku Bima Energi versi Laskar Mandiri 3.

Padahal, TKI merupakan penyumbang devisa besar bagi negara Indonesia. Rata- rata devisa yang dihasilkan dari 6 juta TKI mencapai Rp 84 triliun atau 8 % dari total APBN Indonesia. TKI kita sangat rentan terhadap berbagai tindak eksploitasi, baik secara ekonomi maupun seksual. Ini terjadi karena 73% dari TKI kita bekerja di sektor rumah tangga yang sangat minim perlindungan hukum.

Aktivis perempuan, Rieke Dyah Pitaloka menilai sudah saatnya pemerintah membenahi pengiriman TKI ini. Pembenahan tidak hanya dilakukan pada saat proses rekruitmen, tetapi juga pengiriman dan pengawasan selama TKI bekerja di negara tujuan.

Rieke merasa prihatin karena dalam berbagai kunjungan ke pedesaan, banyak menemukan fakta mencegangkan. Perempuan desa lebih bangga bekerja di luar negeri dibanding harus terjun ke sektor pertanian.

Pada kesempatan yang sama, pengusaha Irwan Hidayat merasa prihatin atas kejadian-kejadian yang menimpa para TKI di luar negeri yang sering mengalami penyiksaan maupun pelecehan seksial dari para majikannya. Oleh karena itu, dalam waktu dekat Irwan akan mengajak pengusaha lainnya untuk mendirikan pusat pelatihan bersertifikat bagi calon TKI sebelum bekerja di luar negeri.

Tetapi sabar! Kita, rakyat Indonesia, sedang menunggu pemimpin baru yang mampu menyelesaikan semua urusan itu. Karena kita tahu para pemimpin dulu jelas-jelas sudah gagal menyelamatkan dan melindungi TKI kita di luar negeri.

Akankah kita mendapatkan pimpinan nasional dengan kualitas dan kapasitas hebat, biasa saja, atau lebih buruk. Atau barangkali memang tidak ada korelasinya sama sekali antara pemimpin yang baru dengan kesejahteraan nasional. Rakyat sudah lama dihantui oleh kekhawatiran ini!

Silahkan Anda Baca Juga Artikel Yang Berkaitan Dibawah Berikut Ini



0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP