Aduh, Anakku Masturbasi!!
PERNAH melihat si kecil sedang memainkan alat kelaminnya? Jika pernah, janganlah kaget. Karena menurut psikolog anak dan remaja dari Putik Psychology Center Balikpapan Dra Maria Elvira, Psi, anak yang sedang memegang atau menyentuh alat kelamin merupakan eksplorasi terhadap tubuhnya. Sama seperti saat ia menyentuh tangan dan anggota tubuh lainnya.
Psikolog yang akrab disapa Evi ini mengatakan, anak yang suka memainkan alat kelaminnya sedang mengalami aktivitas yang biasa disebut masturbasi anak.
“Anak di usia ini memang suka bermain-main dengan alat genitalnya dengan tujuan untuk mencapai kenikmatan. Karena, pusat kenikmatan anak di usia ini, berada di sekitar alat genitalnya, hal itu biasa disebut dengan fase phallic, ujar wanita berjilbab ini.
Dijelaskan, fase phallic merupakan bagian dari proses perkembangan anak. Fase perkembangan anak diawali dari usia 1-1,5 tahun dan disebut sebagai fase oral. Fase dimana anak senang memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya.
Kemudian berkembang lagi ke fase anal, sebuah fase dimana anak mulai menahan keinginan BAB-nya dan biasa dijumpai pada anak yang berusia 1,5 hingga 3 tahun.
Sedangkan fase phallic terjadi pada anak usia 3 tahun ke atas, dan biasanya akan berhenti sampai anak berumur 6 tahun.
Fase phallic alias masturbasi pada anak merupakan aktivitas yang wajar terjadi pada anak. Fase ini kerap terjadi pada anak laki-laki maupun perempuan, ungkap ibu satu anak ini.
Kendati wajar terjadi, terang Evi, fase phallic alias masturbasi pada anak ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sebab, jika sudah menjadi kebiasaan, maka akivitas tersebut akan berdampak buruk pada si anak. Yang dikhawatirkan adalah jika anak melakukannya secara berulang-ulang. Kalau sudah demikian, maka bisa berdampak pada perkembangan mentalnya, papar wanita yang juga dosen psikologi ini.
Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan orang tua jika menyaksikan anaknya masturbasi? Yang jelas, kata Evi, aktivitas masturbasi yang dilakukan anak dapat dihentikan dengan cara mengalihkan perhatiannya.
Orang tua bisa menghentikan kegiatan tersebut dengan beberapa cara. Di antaranya dengan melakukan pendekatan secara halus dan mengalihkan perhatian si anak, ujar Evi.
Adapun bentuk pengalihan perhatian tersebut adalah dengan cara memindahkan tangan si anak dari aktivitasnya itu, lalu memberikannya mainan yang menarik minatnya.
Bahkan bila diperlukan, ajak dan temani anak bermain, hingga ia lupa dengan aktivitasnya tadi, tambahnya.
Evi menegaskan, apabila penanganan yang dilakukan orang tua tepat, biasanya pada umur 6-7 tahun kebiasaan memegang-megang alat kelamin atau masturbasi pada anak ini akan hilang dengan sendirinya dari dalam diri si anak.
3 komentar:
info keren mas....
buat bekal esok
Bagus infonya nih kang...
salam kenal ya...
Biar makin erat pertemanannya tukeran link yuk kang..
saya tunggu ya...
terima kasih
By Obbie Afri's Blog
Mas mohon dukungannya lagi ikut kontes seo nih, salam sayang.
Posting Komentar