Kompak dalam Mendidik Si Kecil
JANGAN biarkan anak bingung dengan ketidakkompakan Anda dan pasangan hingga berlarut-larut! Ingat, anak juga bisa belajar memanfaatkan peluang di balik ketidakkompakan orang tua, lho.
Misalnya, mendapatkan apa yang diinginkan dari ayah yang lebih memanjakannya, mengatakan sudah mendapat ijin dari ibu untuk menginap, mengajak ayah pergi keluar padahal ibu baru saja mengingatkan untuk belajar, dan seterusnya. Lama-lama, ketidakkompakan ini tentu akan merugikan anak juga, bukan? Selain itu, ketidakkompakan orangtua juga akan membuat anak bingung melihat ketidakharmonisan ayah dan ibunya. Anak jadi tak nyaman di rumah. Bahkan, ia memilih untuk sering berada di luar rumah bersama teman-temannya.
Menurut Clara Kriswanto, MA, CPBC, psikolog dari lembaga konsultasi psikologi Jagadnita, penting bagi orangtua untuk mempertemukan pendapat dalam hal mendidik anak. Idealnya, membicarakan soal mendidik anak sudah dilakukan ketika istri sedang mengandung sang anak atau jauh sebelumnya. Namun, tak ada salahnya menyatukan atau mengharmoniskan kembali pendapat yang sudah terlanjur berbeda. Toh, semua itu demi kebaikan bersama, antara Anda dan suami, juga dengan Si Kecil!
Libatkan pasangan lebih banyak. Sesekali Anda mungkin kesal dengan suami yang terkesan menyerahkan semua persoalan mendidik anak hanya kepada Anda. Hanya karena ia menjadi pihak yang mencari nafkah bagi keluarga, tanggung jawab mendidik anak dilepaskan begitu saja kepada istri yang lebih memiliki waktu bersama anak.
Namun, jangan terburu-buru menyalahkan pasangan! Bisa jadi ia memilih begitu karena merasa tak dekat dengan anak. Coba libatkan sang ayah lebih banyak untuk urusan anak. Misalnya, menceritakan perkembangan anak di telepon saat jam makan siang, menunjukkan hasil karya anak usai makan malam, atau mengajak anak menelepon ayahnya menjelang pulang kantor.
Bukan kamu, tapi kita. Saat melihat suami terlalu memanjakan anak, jangan terburu-buru mengkritiknya, apalagi di hadapan anak. Anda mungkin merasa yang paling tahu apa yang terbaik bagi anak. Namun, jika suami melakukan kesalahan dalam mendidik anak, bicara pun harus dilakukan dengan cara yang tepat. Untuk menunjukkan apa yang dilakukannya memang tak benar, Anda bisa mencoba menekankan konsep kita.
Menurut Clara, janganlah menyalahkan suami selalu dengan menunjuk "kamu!" seolah Anda sedang menyudutkan atau hanya menyoroti kesalahannya. Coba ungkapkan dengan bahasa "kita". Sehingga anak tak dipahami sebagai "milik siapa" melainkan tanggung jawab bersama.
Tunjukkan alasan tepat. Suatu kali Anda melihat sang ayah membelikan anak mainan atau baju yang mahal harganya. Padahal, Anda sedang menghukum anak karena tak mau belajar. Anda jadi merasa sia-sia berusaha memberi pelajaran positif soal tanggung jawab kepada anak. Nah, agar kritik kepada pasangan lebih enak didengar, Clara menyarankan, agar istri menunjukkan alasan yang benar-benar berlandaskan pengetahuan sehingga suami tak merasa sedang dituduh atau dihakimi.
Tunjukkan dampak buruk dari apa yang dilakukan suami dengan berdiskusi bersama. Menonton video soal mendidik anak, atau membaca buku soal mendidik anak, bisa menjadi bahan yang asyik untuk membuka topik pembicaraan soal mendidik anak. Jika suami belum juga berubah, coba ingatkan kembali di lain waktu, dan jangan mudah menyerah!
Meminta maaf. Anda tentu tak tega melihat anak disakiti. Suatu saat, Anda melihat sang ayah menghukumnya secara fisik. Secara refleks Anda akan mencegah suami melakukannya. Sudah pasti kejadian itu akan direspons negatif oleh suami. Si Dia pasti menganggap Anda menjatuhkan reputasinya di hadapan anak. Anda juga akan dianggap tak bisa bersikap tegas di hadapan anak.
Nah, mulailah mengucap kata maaf untuk menjelaskan apa alasan di balik upaya Anda. Setelah mengucap maaf dengan tulus, ungkapkan apa dampak dari memukul anak seperti yang pernah Anda dengar atau baca. Jika suami tak mau mendengarkan Anda, minta maaflah kembali di lain waktu ketika suasana sudah jauh lebih tenang.
Libatkan pihak ketiga. Anda dan suami jauh berbeda dalam hal mendidik anak. Anda terlalu disiplin, sang ayah terlalu memanjakan. Ini jelas tak baik untuk perkembangan psikologis anak. Anak akan berkembang menjadi pribadi yang bingung. Tak ada aturan baku yang berlaku baginya. Suasana yang tidak harmonis antara ayah dan ibu juga membuat ia tak nyaman di rumah.
Jika Anda merasa sudah berusaha menyatukan visi soal mendidik dengan pasangan dan tak membuahkan hasil, sebaiknya mulailah berpikir untuk melibatkan pihak ketiga yang netral, seperti psikolog keluarga. Ini upaya terakhir untuk menyatukan pandangan soal mendidik anak antara Anda dan suami.
0 komentar:
Posting Komentar