Bila Si Kecil Takut pada Orang Asing
RASA takut terhadap orang asing sebenarnya sudah bisa dirasakan si kecil sejak usia 6-8 bulan. Selain karena sudah mengalami kemajuan dalam perkembangan berpikir, bayi pun sudah mampu mengenali mana orang yang biasa ditemuinya dan mana yang tidak. Ia akan merasa nyaman jika yang dilihat adalah orangtua atau orang-orang yang kerap ditemuinya di rumah. Tetapi jika yang ditemuinya adalah orang yang baru pertama kali dilihat, maka umumnya ia akan merasa takut.
Namun, ekspresi ketakutan sering kali terlihat lebih jelas pada anak batita karena kemampuan berekspresinya sudah lebih tinggi daripada sebelumnya. Ia mampu mengungkapkan ketakutan lewat kata-kata, dengan ekspresi yang lebih dalam, disertai bahasa tubuh yang khas.
Di samping itu, kegiatan interaksi anak batita dengan lingkungan pun sudah lebih intens daripada sebelumnya. Banyak hal membuatnya harus berinteraksi dengan lebih banyak orang, sehingga dengan begitu ia lebih sering merasa "terancam" dan menunjukkan ketakutan.
Anak batita sudah memiliki self awareness atau kesadaran akan diri sendiri dan orang lain yang dapat memicu berbagai perasaan dalam benaknya. Padahal di usia ini kemampuan berpikir logis belum muncul secara baik sehingga apa yang sebenarnya bukan masalah dianggapnya masalah. Orang baik dianggap sebagai ancaman. Rasa takutnya pun muncul dengan kuat.
Dengan mengerti tahap berpikir anak usia 1-3 tahun, orangtua diharapkan dapat menepis kekhawatiran akan sikap si kecil yang sulit diajak bersosialisasi dengan orang baru. Dengan sedikit penanganan, biasanya masalah ini bisa segera diatasi. Pembuktian kepada si batita bahwa orang yang ditakutinya bukan ancaman diharapkan dapat menenangkannya. Misalnya katakan, "Sayang, ini Tante May, teman Ibu. Tante May ingin ngajak kamu main. Yuk, sini!" Jika anak masih sulit menerima penjelasan yang diberikan, perlu dilakukan tindakan lain yakni membiasakannya untuk berhubungan dengan orang tersebut tanpa terkesan disengaja.
Caranya dengan meningkatkan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi melakukan kegiatan bersama dengan orang tersebut, baik itu teman sebaya maupun orang dewasa. Jika orang asing yang dimaksud memang orang yang jarang ditemui, anak juga perlu pendampingan orangtua selain kegiatan yang dapat dilakukan bersama. Kebersamaan umumnya akan mencairkan ketakutan atau rasa malu anak.
Untung anak punya rasa takut
Takut pada orang asing sebenarnya menyimpan beberapa manfaat buat si batita. Ketakutannya ini dapat menjadi indikator bahwa pemahaman si kecil akan konsep dirinya dan orang lain berjalan dengan baik. Di usia ini anak sudah tahu akan keberadaan dirinya di dalam lingkungannya. Jadi ia mulai berusaha untuk membawa dirinya sebagai pribadi yang mulai eksis di antara orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia mulai bereksplorasi lebih dalam terhadap lingkungannya dan jika ada sesuatu yang ia rasa mengancam maka muncul lah rasa takut itu.
Rasa takut dapat menolong anak dari bahaya yang mungkin menimpanya. Ketika ia menangis keras karena orang lain, seharusnya tangisan itu menjadi pertanda ada sesuatu yang tidak beres.
Kejadian sebaliknya bisa saja terjadi jika anak tidak memiliki rasa takut terhadap orang asing. Dengan begitu, orang asing termasuk yang berniat buruk dapat dengan mudah melakukan pendekatan terhadap anak.
Jika anak tak mudah takut dengan orang asing, orangtua perlu mengasah kemampuan anak untuuk membedakan mana orang asing yang membahayakan dirinya dan mana yang tidak. Hal ini bisa dicapai kalau orangtua menunjukkan kasih sayang melalui perbuatan, sehingga anak tidak mudah lekat pada sembarang orang. Dia hanya lekat pada orang-orang yang dia percayai.
Orangtua pun harus memberikan rambu-rambu sederhana kepada anak batita. Cara termudah adalah berteriak untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang yang peduli, Cara jitu lainnya adalah menghindar ketika ada orang yang memaksanya melakukan perbuatan yang membuatnya tidak nyaman.
0 komentar:
Posting Komentar